PALI, Warta Reformasi- Perjuangan Petani Karet Sangat la Berat dimana mereka harus mempersiapkan dalam menghadapi Panca Roba baik itu Musim Penghujan maupun Musim Kemarau yang sedang dialami oleh masyarakat Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) Sumatera Selatan.
Dilema yang dialami oleh petani karet pada musim kemarau dimana mereka baru saja melewati penyakit gugur daun sangat berdampak pada hasil latek semakin merosot mencapai 50 persen. Tak hanya sampai disitu masyarakat petani karet ditimpah lagi dengan permasalah begitu mencekik yaitu harga karet Anjlok, yang sudah 5 tahun dirasakan sang pejuang karet.
H. Amran, SH Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Yang juga Sekaligus Putra Asli Desa Tempirai saat berbincang dengan media ini pada 12/7/2019 dikediamannya Mengatakan “ saya sangat Prihatin Terhadap dilema yang dialami oleh masyarakat Petani karet saat ini, Dimana mereka mengalami kesulitan baik itu pada musim kemarau yang hasil lateknya kian merosot mencapai 50 persen maupun harga karet yang dari tahun ke tahun Murah, sedangkan mereka harus memenuhi kebutuhan hidup dan pendidikan anak-anak mereka’’.
Kita ambil contoh dan hitung-hitungan hasil sadapan mereka ‘” dua orang suami istri yang menyadap 1 Ha kebun karet dimana sadapan mereka menghasilkan 10 kg, dengan harga karet ditingkat petani Rp. 6.000×10 kg : Rp. 60.000 dibagi dengan yang punya kebun karet berarti 1 keluarga penghasilannya adalah Rp. 30.000 perhari, sedangkan pengeluaran mereka untuk kebutuhan sehari-hari Rp. 70.000 itu belum termasuk untuk biaya sekolah anak-anak mereka”,paparnya.
Dalam problem yang dialami oleh masyarakat saat ini, sekira dan sewajarnya pemerintah daerah untuk dapat memberikan solusi agar mereka bisa keluar dari kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup agar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dan menjadikan kabupaten PALI SERASI NIA, Harap Amran.**@Red