PRABUMULIH, Warta Reformasi_ Nah, pembangunan Drainase Jalan Bukit Lebar tepatnya di Perumahan Arda Kelurahan Karang Raja Kecamatan Prabumulih Timur hingga kini masih dalam tahap pengerjaan dan hampir rampung. Namun proyek pembangunan APBD 2018 ini menuai protes warga.
Warga sekitar lokasi pembangunan Drainase di Lingkungan RT03 RW07 Kelurahan Karang Raja tersebut dengan memiliki luas panjang lebih kurang sekitar 350 meter itu dinilai warga ukuran lebar drainase diduga tak beraturan. Sebab, dari salah satu lokasi, pembangunan drainase sedikit melebar hingga disinyalir memakan lahan warga.
Selain itu, warga pun menilai pembangunan proyek drainase tak akan bertahan lama, karena dalam pengerjaannya yang saat ini masih berlangsung di lokasi tersebut diduga tak menggunakan pondasi lantai drainase.
“Nah,bagaimana mau tahan lama pembangunan di Prabumulih ini, kalau dikerjakan saja seperti ini. Lantai drainase saja tidak menggunakan pondasi bagaimana mau kuat, belum lama dibangun nanti sudah roboh,” sebut Hadianto (45) salah satu warga sekitar dibincangi di lokasi, (31/8).
Banyak warga pun menilai, kata dia, pembangunan drainase di lingkungan sekitar tempat tinggal mereka itu tak melalui ukuran yang sesuai dalam rencana pembangunan pihak Pemkot Prabumulih. Sebab, warga sekitar sempat komplain diduga akibat ukuran lahan warga sedikit masuk dalam bangunan drainase.
“Nah,kemarin juga yang punya lahan kebun ini juga sudah ribut, dia komplain katanya ukuran drainase yang dibangun ini melebar, sehingga masuk ke dalam lahannya,” imbuhnya.
Selaku warga, lanjut dia, masyarakat khususnya di sekitar lokasi tersebut meminta kepada pihak pelaksanan pembangunan proyek drainase tersebut untuk dikerjakan sebagaimana mestinya yang telah diatur dalam ketentuan RAB yang dikeluarkan oleh pihak PU Pemkot Prabumulih.
“Nah,kami minta pihak pelaksana jangan bermain curang atau pembangunan drainase ini dikerjakan sebenar-benarnya saja. Kami tidak bisa terima kalau siring ini dikerjakan asal-asalan, kalau tidak dipersoalkan sekarang, kapan lagi mau diperbaiki kalau roboh. Sudah banyak contohnya,” bebernya.
Hal serupa juga disampaikan warga lainnya, Jhon (48) yang menuturkan, kebanyakan pembangunan drainase memang sering kali diabaikan karena dianggap kurang penting dan kurang esensial bagi jalan secara keseluruhan.
“Benar, kendaraan tidak membutuhkan drainase untuk lewat. Yang menjadi permasalahan adalah drainase dibutuhkan badan jalan untuk menopang apa yang menjadi tugasnya,” imbuhnya.
Ia pun lebih lanjut menjelaskan, satu hal yang penting dalam perencanaan drainase adalah muka air paling maksimum yang terjadi. Perencana harus memperkirakan yang terburuk dalam hal misalnya terjadi curah hujan yang sangat tinggi.
“Genangan air apapun yang ada di jalan tidak dapat ditoleransi. Walaupun nantinya air dapat mencapai badan jalan, harus ada rekayasa agar air dapat keluar dengan mudah. Inilah salah satu pentingnya kemiringan menyamping suatu badan jalan,” jelas Jhon pada wartawan.
Masih dikatakan Jhon (48),suatu rekayasa dapat dilakukan dengan menggunakan cross drain, yaitu saluran drainase yang melintang di bawah jalan. Tapi hal ini, sambung Jhon, tidaklah cukup jika perencana tidak memperhatikan muka air maksimum yang bisa terjadi.
“Air harus dapat menemukan jalur keluarnya jika telah mencapai badan jalan. Suatu lekukan di jalan yang dapat menghalangi air harus segera dihilangkan karena dapat merusak jalan secara prematur,” tukasnya.**@(#jn/red)