Kabupaten PALI, Wartareformasi.com – Warga Transmigran yang di kirim dari daerah asal Yogyakarta dan Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah 9 Kepala Keluarga (KK).
“Sebanyak 9 Kepala Keluarga (KK) tersebut berasal dari Yogyakarta 5 KK dan Kabupaten Semarang Jawa Tengah 4 KK, yang tiba dilokasi Transmigrasi Sungai Jelike di Desa Tempirai Selatan Kecamatan Penukal Utara Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), Jumat (23/12/2022), Menuai beberapa keluhan.
Sutrisno, warga transmigran asal Semarang (Jawah Tengah), mengatakan ketika sampai di lokasi transmigrasi Sungai Jelike Desa Tempirai Selatan ini. ”Saya merasa sedikit kaget dengan kondisi lahannya belum siap produksi (Tanam).
“Kita kira lahan lokasi transmigrasi ini walaupun belum siap 100 persen, paling tidak kami transmigran sudah bisa bercocok tanam minimal di lahan perkarangan rumah seperti tananan palawija (Tumpangsari) diantaranya: sayur-sayuran dan lainnya,” ujar Sutrisno, Sabtu (24/12/2022).
Disampaikannya, Kami sampai dilokasi Kawasan transmigrasi Sungai Jelike di Desa Tempirai Selatan ini, Jumat (23/12/2022), Agak kaget melihat kondisinya seperti ini, tidak sesuai yang disampaikan oleh Pemda asalnya.
“Maaf pak saya ini anak seorang transmigran yang perna ikut orang tua bertransmigrasi di Kalimantan, sepengetahuan dan sesuai pengalaman ketika kita sudah dikirim ke lokasi Transmigrasi biasanya kalaupun belum 100 persen lahan minimal tidak menunggu lama sudah siap produksi,” keluhnya.
Senada disampaikan, Salah satu Tranmigran dari daerah asal Yogyakarta, Juni dihadapan Awak Media Warta Reformasi, mengucapkan terima kasih kepada pemerintah yang sudah mengikut sertakan dirinya sebagai Transmigran di Kabupaten PALI ini, dan saya mewakili 9 KK transmigran menghaturkan permohonan maaf kepada seluruh warga Desa Tempirai andai kata kedatangan kami disini nantinya ada turur sapa dan perlakuan yang kurang sopan.
“Kami harap warga Tempirai dapat menerima mereka sebagai bagian dari warga disini, Kita akan beradaptasi dengan adat kebiasaan daerah ini,” ungkapnya.
Lanjutnya, Kami meminta kepada Pemerintah Daerah ini, agar dapat mencarikan solusi terkait keberlangsungan pendidikan anak mereka, terutama saat ini jika anak-anaknya mulai melakukan rutinitas sekolah disini. Kami minta solusi kendaran transportasi antar jemput siswa ke sekolah.
“Mengingat saat ini kami belum punya kendaraan, sekiranya Pemerintah dapat mencarikan solusinya,” ujarnya.
Disinggung terkait pasilitas rumah yang di tempati, Juni menyebutkan fasilitasnya sudah cukup memadai, karena ini juga menurut info kami hanya menempatinya sementara waktu saja, karena rumah yang bakal mereka tempati sedang proses pembangunan sedikit lagi selesai.
“Tapi menurutnya, rumah yang di tempatinya sekarang ini belum memiliki sarana air bersih dan ia sedikit mengeluhkan kondisi septic tanknya berupa lobang yang hanya ditutupi papan tidak di cor seperti umumnya, karena mungkin pada saat pembangunan rumah yang di tempatinya ini WCnya sudah dipakai buat BAB kini sudah tercium bauk tak sedap,” keluhnya.
Lanjutnya, Terkait lahan transmigrasi ini belum siap produksi (bercocok tanam), transmigran hanya bisa bersabar menunggu, hingga batas waktu yang belum dapat dipastikan.
“Ya, Kami hanya menunggu, yang jelas kelihatannya dalam beberapa bulan kedepan belum ada yang bisa mereka lakukan, seperti bercocok tanam walaupun nanam sayuran dilokasi perkarangan rumah,” tutupnya.
Sementara itu, Pemda PALI melalui Disnakertrans saat dikonfirmasi melalui pesan singkat via WhatsApp terkait persoalan tersebut belum memberikan tanggapan.**@Red