Jakarta, Warta Reformasi – Komite III Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia (RI) mengapresiasi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (Kemen PPPA RI) yang mengoptimalkan Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) untuk dapat menanggulangi penyebaran virus Covid-19, terutama yang mengancam anak-anak,sehingga anak tetap mendapatkan haknya dalam bermain dan belajar.
Ketua Komite III DPD RI Sylviana Murni mengatakan PATBM selama ini berperan aktif dalam upaya perlindungan dan penghapusan kekerasan terhadap anak di Indonesia, terutama pada kelompok masyarakat di tingkat desa atau RT/RW. “Kita bersama juga tentu mendengar dan membaca bagaimana PATBM menjadi gerakan organik yang responsif ketika dihadapkan pada adanya bentuk ancaman atau kasus pelanggaran pemenuhan hak dan perlindungan anak, termasuk ancaman yang tengah kita hadapi bersama saat ini yaitu wabah Covid-19,” ucapnya dalam Rapat Kerja Virtual Komite III DPD RI dengan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Senin (16/11).
Selain itu, Sylviana mengatakan pentingnya untuk mengupayakan pemberian insentif dalam bentuk peningkatan anggaran, pemberian bantuan dan/atau hibah kepada pemerintah daerah bagi provinsi dan kabupaten/ kota yang berhasil memenuhi target pembangunan dan/atau mendapat prestasi dan penghargaan di bidang pemberdayaan perempuan dan anak. “Hal ini agar pelaksanaan program dan kebijakan bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak dapat maksimal serta mendorong provinsi dan kabupaten/kota lainnya mencapai prestasi yang sama,” ungkapnya.
Anggota DPD RI dari Provinsi Bali Anak Agung Gde Agung mengusulkan hal yang sama untuk penambahan anggaran untuk penanganan anak saat Covid-19. ”Selama ini anak-anak tidak ditangani khusus, sebab kebanyakan ditangani secara isolasi mandiri dalam kluster keluarga,” jelasnya.
Pada kesempatan yang sama sebelumnya anggota DPD RI Babel ust. Zuhri M Syazali telah melakukan kunker dan berkoordinasi dengan dinas pemberdayaan perempuan dan anak kabupaten Bangka tengah untuk menyerap aspirasi termasuk hal hal yang berkaitan dengan kendala di lapangan ditemukan.
“Selain kendala SDM, anggaran juga sangat dibutuhkan untuk memberikan motivasi dan stimulus berupa insentif daerah kepada dinas terkait agar program yang telah berjalan akan semakin meningkat progressnya,diketahui dari kunker tersebut bahwa kabupaten Bangka tengah pernah mendapatkan penghargaan sebagai kabupaten layak anak. “Alhamdulillah dari lebih kurang 63 desa sudah terealisasi program ini sebanyak lebih kurang di 29 desa hampir 50% program PATBM (perlindungan anak terpadu berbasis masyarakat) ini berjalan di kabupaten Bangka tengah,” kata ust.zuhri
Menananggapi masukan dari senator babel,menteri pemberdayaan anak dan perempuan ibu I gusti ayu bintang darmawati sangat mengapresiasi dan mendukung masukan untuk memberikan stimulus insentif kepada daerah kabupaten bukan sekadar sertifikat atau anugerah karena dibutuhkan metode yang tepat untuk mewujudkan dan meningkatkan program ini.
senada dengan hal itu dikatakan oleh menteri pada awal menduduki posisi sebagai menteri beliau telah pernah membahas dan mendiskusikan soal insentif sebagai pendorong sekaligus motivasi daerah,dalam hal ini program kementrian pemberdayaan anak dan perempuan.
Menteri menyampaikan telah juga melakukan koordinasi dengan kementerian terkait untuk mendorong jalannya program ini.
Melalui kementrian dalam negeri salah satunya adalah upaya untuk memberikan arah dan penekanan kepada semua kepala daerah lebih memprioritaskan APBD nya untuk program yang berkaitan dalam hal pemberdayaan perempuan dan anak.
Rapat kerja virtual tersebut, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, I Gusti Ayu Bintang Darmawati menjelaskan para aktivis PATBM juga menjadi relawan Gugus Tugas Covid-19 di tingkat Desa/Kelurahan.“Para aktivis melakukan deteksi dini bagi Anak Yang Memerlukan Perlindungan Khusus (AMPK) yang menjadi korban positif Covid-19 maupun orangtua yang positif Covid-19 yang mengakibatkan anak harus mendapatkan pengasuhan alternatif segera sehingga harus merujuk dengan cepat ke layanan terdekat seperti UPTD PPA (Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak) sehingga hak-haknya dapat terpenuhi,” ucapnya.
Dalam rapat kerja disepakati hal-hal yang akan dilaksanakan Kementerian PPPA diantaranya:
Pertama, memperluas dan meningkatkan cakupan desa dan kelurahan secara masif dalam gerakan PATBM, sebagai upaya untuk mempercepat penanganan dan pemulihan pandemi Covid -19 di Indonesia.
Kedua, mendorong pembentukan Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) pada 5 provinsi dan 421 kabupaten/kota yang belum terbentuk dengan bekerjasama dengan Kementerian Dalam Negeri RI, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dan Kementerian lainnya.
Ketiga, meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi dengan 5 (lima) Kementerian terkait termasuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dan Pemerintah Daerah dalam sinergitas program dan kebijakan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, agar implementasi program dan kebijakan tersebut di daerah berjalan terpadu dan terarah. Secara khusus koordinasi dan sinkronisasi dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI, dilakukan dalam rangka optimalisasi dan integrasi Program Desa Ramah Perempuan Dan Peduli Anak dengan program sejenis yang telah dilaksanakan sebelumnya
Kelima, melakukan sinergi, kerjasama dan pelibatan Komite III DPD RI dalam implementasi program dan kebijakan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI di daerah.**@(R”77)