Ogan Ilir, Warta Reformasi – Jika Kotagede, Yogyakarta identik dengan kerajinan peraknya, maka provinsi Sumsel pun sebenarnya tak kalah dalam hal ini. Kerajinan perak khas Sumsel diproduksi di daerah Tanjung Batu, kabupaten Ogan Ilir. “Daerah ini terkenal dengan kerajinan dari emas dan kini berkembang juga ke kerajinan perak. Para pengrajin di daerah ini menekuni kerajinan perak secara turun temurun.
Kendati demikian, sedikit yang mengetahui bahwa sebagian perhiasan yang beredar di pasaran Sumsel diproduksi pengrajin Tanjung Batu, Ogan Ilir,” kata Dekranasda Sumsel, Gebyar Seru, Selasa (14/7) saat kunjungi pengrajin perak di Ogan Ilir.
Amat disayangkan jika masyarakat Sumsel belum begitu mengenal kerajinan perak Tanjung Batu, padahal kerajinan perak dapat menjadi produk unggulan yang menjadi kekhasan daerah.
Oleh karenanya agar kerajinan perak Tanjung Batu lebih dikenal seperti halnya kerajinan perak di Kotagede, Ketua Dekranasda Sumsel Feby Deru yang juga Ketua TP PKK Sumsel, bersama Wakil Ketua Dekranasda Sumsel, Fauziah Mawardi Yahya melaksanakan kunjungan dan pembinaan di salah satu sentra industri perak Global Silver milik pengrajin Meru, di Tanjung Batu, Ogan Ilir.
Feby Deru mengungkapkan keinginannya untuk menggandeng para pengrajin perak dan menjalin kerjasama agar kerajinan perak khususnya kerajinan perak khas Sumsel lebih dikenal dengan pangsa pasar yang lebih luas.
“Di sini (Tanjung Batu) kan banyak pengrajin emas dan perak yang membuat perhiasan dan aksesoris. Ini banyak motifnya bagus dan indah. Kita ingin agar pengrajin membuat motif khas Sumsel,” ujarnya.
Dikatakan Feby motif perhiasan yang dibuat cukup bervariasi seperti perhiasan pada umumnya. Namun begitu, motif khas Sumsel harus diproduksi.
“Kita ingin motif khas Sumsel diangkat ke pasaran. Misalnya motif pending, bisa digunakan sebagai ikat pinggang atau dijadikan bros. Terus ada juga gelang motif sempurun. Nantinya kan bisa dimodifikasi dari motif lama dengan motif baru, tentu akan lebih unik,” terangnya.
Ada juga motif lain seperti tapak jajo dan bulan sabit yang digunakan sebagai perhiasan dan aksesoris dengan bahan berlapis emas, kuningan, tembaga, atau perak.
“Jadi nanti Dekranasda Sumsel bersama pengrajin perak Tanjung Batu berkreasi menciptakan perhiasan dan aksesoris motif khas Sumsel, tidak hanya dipakai saat acara tertentu, tapi kerajinan perak yang bisa digunakan sehari-hari,” jelasnya.
Untuk stimulan bagi pengrajin perak, diungkapkan Feby telah dilakukan Dekranasda Sumsel melalui peningkatan skill pengrajin dengan memberikan pelatihan-pelatihan mendatangkan pelatih dari pulau Jawa.
“Bagaimana menyepuh dan menghaluskan perhiasan supaya lebih rapi juga indah, ini diberikan pelatihan bagi mereka,” pungkasnya.
Tak hanya itu, Feby menyebutkan supaya bisa menjangkau pangsa pasar lebih luas, Dekranasda Sumsel juga melibatkan pengrajin dalam pameran seni kriya.
Sementara itu, Meru, pengrajin perak pemilik Global Silver menyampaikan apresiasi atas kunjungan serta pembinaan oleh Ketua Dekranasda Sumsel dan Wakil Ketua Dekranasda Sumsel.
Dia mengatakan tingkat kerapian bentuk dari hasil kerajinan perak yang dihasilkannya bisa diadu dan tak kalah saing dari perhiasan emas pada umumnya.
“Motifnya kami buat ada yang seperti perhiasan emas di pasaran. Ada juga motif emas Dubai, atau motif berdasarkan pesanan pembeli,” tutur pria 43 tahun itu.
Usaha kerajinan perak ditekuni Meru turun temurun dari keluarganya. Ia sendiri adalah generasi ketiga yang menjalankan usaha kerajinan perak.
“Bahan bakunya kami dapatkan dari tambang di daerah Lebung, Bengkulu. Sedangkan pembeli kami, selain dari Sumsel, alhamdulillah ada juga dari Kepayang, Lampung, dan Medan,” ucapnya.**@Rilis Humprov/AS