Oleh: Safari Ans
Salah satu tokoh pejuang pembentukan babel
Babel eksportir nomor satu eksportir timah dunia saat ini. Babel memiliki cadangan mineral tanah jarang 112 juta ton, dan thorium di Babel bisa diolah sampai 2.000 tahun. Lalu kenapa hidup masyarakat Babel susah. Ayo bangkit Babel, nikmati kekayaan alam yang Allah berikan kepada Babel secara pintar dan bijak.”_ “Don’t Budu Bagek Babel”
Dalam surat Ar-Rahman (Al-Quran) berkali-kali Allah bertanya kepada manusia; “Nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?” Pertanyaan itu timbul setelah Allah memberikan gambaran tentang kekayaan alam yang berlimpah. Bumi Bangka Belitung (Babel) telah dianugerahi oleh Tuhan material yang kaya. Timah di Bangka menurut sejarah Bangka Akhmad Elvian, pulau Bangka dalam kitab kesusasteraan India Mahadinnesa dan Miladapanca abad 1 dan 3 Masehi pulau Bangka disebut wangka dwipa yang berarti pulau Timah atau Timah yang menjadi pulau. Jauh sebelum peradaban manusia tumbuh dan berkembang. Walau kemudian baru ditambang secara modern setelah kedatangan bangsa Eropa, yakni Belanda dan Inggris.
Ketika Direksi PT Timah Tbk merumahkan 20.000 tenaga kerjanya yang mayoritas adalah orang Babel memberikan alasan timah sudah habis, kini pernyataan itu patut ditinjau ulang. Saat itu, alasan rasionalisasi perusahaan dimana cadangan timah hanya bisa ditambang 20-30 tahun lagi, kini sudah masuk tahun ke-40 dari pernyataan Direksi PT Timah Tbk tersebut. Apakah ini kebohongan publik? Entahlah. Mungkin saja keilmuan Direksi PT Timah Tbk saat itu hanya mampu memprediksi timah dalam jangka waktu tambang itu. Memang ada teori lain yang mengatakan bahwa timah di Babel tidak akan pernah habis. Karena gerakan tanah yang mengandung timah terus dinamis. Yang tadinya tanah yang mengandung timah berada di bawah sekarang menaik ke permukaan seiring dengan gerakan tanah. Tetapi ada teori ekstrim yang membantah teori pertama bahwa teori tersebut diatas tidaklah mungkin. Teori ini menganggap timah adalah material tambang yang ada batasnya. Teori kedua inilah yang dipakai oleh Direksi PT Timah Tbk agaknya. Kini kedua teori ini diuji berdasarkan perjalanan waktu. Jika benar teori pertama, dan PT Timah Tbk terus mendapatkan cadangan timah baru pada 28% wilayah Babel yang telah dikuasai melalui 112 IUP (Izin Usaha Penambangan) maka pihak direksi PT Timah Tbk harus membuka platform baru bagi merumuskan kesejahteraan masyarakat Babel. Sebab misi sebuah BUMN selain mencari profit juga bertugas merumuskan bagaimana menyejahterakan masyarakat sekitar BUMN itu berada. Apalagi PT Timah Tbk telah ikut serta merusak alam Babel, sehingga Walhi Babel merekomendasikan agar Presiden Jokowi moratorium penambangan timah.
Rasionalisasi PT Timah Tbk waktu itu telah meruntuhkan kegagahan PT Timah Tbk yang tadinya menjadi inheren dengan kehidupan masyarakat Babel. Komplek perumahan karyawan Timah di Air Ketekok Tanjung Pandan mulai sepi, perumahan elite Timah di Tanjung Pendam Belitung mulai ditinggalkan pejabatnya, sehingga banyak gedung-gedung miliknya di Belitung hancur tak berfungsi. Artinya PT Timah Tbk memang tidak bermaksud mempersiapkan masyarakat Belitung siap secara ekonomi. Belitung betul-betul hendak ditinggalkan sama seperti Timah meninggalkan Karimun. Belitung jadi “habis manis sepah dibuang” bagi PT Timah Tbk. Padahal BPH Billiton milik Australia yang hanya menambang timah di Kelapa Kampit Belitung telah menjadi perusahaan besar di dunia. Artinya PT Timah Tbk bisa juga menyiapkan perusahaan semacam itu bagi Belitung. Perusahaan ini telah membangun taman (park) BPH Billiton di Australia. Kita hanya bangga di situ ada tulisan “Billiton”. Lalu PT Timah Tbk, apa yang kau tinggalkan di Belitung? Tidak ada sama sekali. Gedung-gedung yang saat itu dipakai Timah di Belitung ternyata dibangun oleh Kerajaan Balok. Bahkan Rumah Sakit (yang waktu itu disebut masyarakat Belitung rumah sakit UPT Bel) juga dibangun zaman Kerajaan Balok. Kejayaan Timah di Manggar Belitung Timur juga hilang tak berbekas. PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel) terbesar di Asia yang ada di Manggar tidak secuil pun tersisa kini. Semua peradaban manusia di lokasi yang tadinya ramai oleh aktivitas timah tamat sudah. Belitung dan Belitung Timur seperti kota mati. Beruntunglah Andrea Hirata dengan buku Laskar Pelangi membangkitkan sektor pariwisata Belitung. Kini wisata Belitung terus menggeliat. Ingat ini bukan usaha PT Timah Tbk yang mempersiapkan Belitung pasca timah. Apabila melihat pengalaman Karimun dan Belitung, generasi Babel terpelajar patut mempertanyakan apa misi PT Timah Tbk yang sudah menguasai 28% wilayah Babel. Melihat kenyataan yang ada PT Timah Tbk sadis memberlakukan masyarakat Babel seperti ini. Kelakuan PT Timah Tbk ini tidak sesuai dengan misinya sebagai BUMN, tetapi lebih tepat dikatakan PT Timah Tbk membangun sistem penjajahan jenis baru.
Kini PT Timah Tbk akan menambang kembali di wilayah Belitung Timur (Beltim). Kabar burung yang beredar, nilai cadangan emas yang mau ditambang itu bernilai Rp 350 triliun. Ketika penulis berdialog dengan Wakil Bupati Beltim Burhanudin soal rencana ini mengatakan hanya pasrah bagaimana kebijakan pemerintah pusat soal timah. Menurutnya sejak dulu Babel tidak bisa berbuat apa-apa. Pemda tak ada kekuatan apa-apa. Agaknya kondisi ini dimanfaatkan oleh PT Timah Tbk sehingga tidak ada kewajiban untuk merumuskan bagaimana nasib masyarakat wilayah tambang. Bahkan Gubernur Babel Dr Erzaldi Rosman mengajak penulis menyeminarkan soal rencana PT Timah Tbk mengeksplorasi timah di wilayah Beltim tersebut.
PT Timah Tbk mestinya membantu membangun kawasan eksklusif, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Hi-Tech Industry di Tanjung Ular Mentok Bangka Barat. KEK ini akan menjadi kawasan yang secara khusus akan memproduksi MTJ menjadi Rare Earth Element (REE) sebagai kawasan yang memproduksi perangkat keras (hardware) untuk handphone, tablet (ipad), komputer, televisi dan lainnya. Sehingga perusahaan suplayer terbesar dunia seperti Foxccon Technology Group akan membuka pabriknya di KEK Hi-Tech Industry Tanjung Ular Mentok apabila ingin menggunakan MTJ Babel. Perusahaan suplayer teknologi tinggi lainnya akan mengikutinya karena memang MTJ terbaik Indonesia memang hanya ada di Babel. Jika benar data bahwa Babel memiliki cadangan MTJ sebanyak 112 juta ton, sedangkan kebutuhan dunia hanya 140.000 ton, maka Babel bisa berjaya menjadi raja dunia di bidang MTJ selama 870 tahun. Hampir sembilan abad. Tetapi ingat, MTJ adalah berkah Tuhan yang terakhir bagi Babel. Jika pengelolaannya sama seperti mengelola timah sekarang, ya tamatlah riwayat Babel. Kebajikan pemerintah pusat jangan ditunggu, tetapi masyarakat Babel mengatur diri sendiri dengan berhimpun dalam perusahaan raksasa bernama Babel Inc. Dimana setiap investasi yang mengeksplorasi kekayaan alam di Babel wajib menyertakan saham abadi (bukan saham setor) kepada Babel Inc sebagai Badan Usaha Milik Rakyat (BUMR) Babel.
Tak ada kata akhir. Pada sisi lain, Indonesia baru akan memulai menggunakan thorium pada tahun 2025 mendatang. Sumber thorium paling banyak di Indonesia adalah di Babel. Bahkan ada yang mengatakan bahwa sumber thorium Indonesia memang hanya ada di Babel. Utamanya yang terdapat dalam ampas timah yang disebut monazite. Hasil perjalanan penulis ke hutan belantara Bangka tahun lalu menunjukkan ribuan tumpukan monazite yang sudah ditinggal pemiliknya. Beberapa pihak mengatakan kepada penulis, bahwa tumpukan monazite semacam ini mencapai 3.000 an di Babel. Dengan begitu PT Industri Nuklir Indonesia (Persero) telah merencanakan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT) tahun 2025. Artinya, Babel siap atau tidak siap PT Inuki (Persero) akan menjalankannya sebagai platform bisnis perusahaan. Jika masyarakat Babel menolak PLTT, maka ada kemungkinan PT Inuki (Persero) akan membangun PLTT di daerah lain dengan mengambil materialnya yang berasal dari Babel. Alangkah nistanya kalau ini terjadi, karena hasil bumi Babel dikeruk tetapi yang menikmati hasil daerah dimana PLTT nanti berdiri. Padahal Babel sudah punya rencana agar dalam pembangunan PLTT tersebut Babel Inc yang notabene-nya milik rakyat Babel harus memiliki saham abadi minimal 25%.
Babel kaya timah, kaya mineral tanah jarang, dan kaya thorium. Semuanya adalah material langka dan mahal. Dunia modern sekarang sangat membutuhkan ketiga material ini. Industri teknologi (hi-tech) dunia akan mati apabila Babel berhenti memproduksi timah. Karena hanya Babel dan Tiongkok yang menyuplai timah dunia. Juga nantinya hanya Babel dan Tiongkok pula yang mampu menyuplai MTJ dunia yang kini membutuhkan 140.000 ton setahun. Kini negeri tirai bambu itu menguasai 97% suplai REE dunia, karena Babel belum beraktivitas apapun di bidang pengelolaan MTJ menjadi REE. Kondisi monopoli Tiongkok ini telah merisaukan dunia.
Melihat fakta itu, rasanya tidak ada alasan masyarakat Babel ke depan sengsara. Tetapi masyarakat Babel harus membuat sistem yang logis untuk membuat pengelolaan kekayaan alam Babel yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat Babel. Apabila sistem tersebut tidak dibuat, maka masyarakat Babel dibuat tidak berdaya seperti tata niaga pasar timah sekarang. Menghadapi ICDX yang saham mayoritas dipegang oleh Sinar Mas Grup, masyarakat tambang timah Babel tak berdaya. Penulis pun yakin, masyarakat Babel pun tak berdaya ketika kebijakan pemerintah pusat telah turun pada pengelolaan MTJ dan thorium. Bergeraklah Babel sebelum terlambat. “Don’t Budu Bagek Babel”.**@(R77)